LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Judul : Identifikasi gugus fungsional senyawa organik
TujuanPercobaan :
1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu
senyawa organik
2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional
senyawa organik
Pendahuluan
Analisis
kualitatif dari senyawa organik yaitu identifikasi gugus fungsionalnya.
Senyawa organik yang diketahui gugus fungsionalnya dapat diketahui pula
golongannya karena setiap golongan senyawa organik mempunyai sifat tertentu
bergantung pada gugus fungsi yang dimilikinya. Senyawa organik yang memiliki
gugus fungsi yang sama secara umum memiliki sifat yang sama. Gugus fungsi
merupakan letak kereaktifan kimia dalam molekul yang timbul dari ikatan phi
atau dari perbedaan keelektronegatifan antara atom yang berikatan, jadi
ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga merupakan gugus fungsi. Analisis
kualitatif ini menggunakan pereaksi kimia yang dapat bereaksi secara selektif
dengan gugus fungsional senyawa organik. Hasil reaksinya diharapkan
menghasilkan perubahan yang dapat dengan mudah diamati seperti terbentuknya
endapan, perubahan warna, dihasilkannya gas dan lain sebagainya (Matsjeh, 1986).
Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu
kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukkan gejala reaksi yang
sama. Kesamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan senyawa
(Fessenden, 1986).
Senyawa dengan gugus fungsi yang
sama cenderung mengalami reaksi kimia yang sama. Contohnya beberapa senyawa
yang mengandung gugus hidroksil (-OH) dinamakan golongan senyawa alkohol dan
senyawa tersebut mengalami reaksi yang sama. Gugus alkil dinyatakan dengan R
yang hanya mengandung karbon sp3 dan alkohol dapat dinyatakan sebagai ROH.
Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada alkohol antara lain reaksi substitusi,
reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Alkohol yang memiliki
rantai hidrokarbon yang semakin panjang maka kelarutan alkohol tersebut
semakin rendah. Gugus hidroksil yang banyak dapat memperbesar kelarutan suatu
senyawa dalam air (Fessenden, 1986).
Banyak senyawa organik mempunyai
gugus fungsi lebih dari satu, khususnya senyawa organik seperti alkaloid,
terpenoid dan flavonoid. Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan
karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul
memiliki dua gugus fungsi berlainan dengan jarak yang berjauhan, maka senyawa
itu akan mempunyai sifat-sifat atau karakteristik dari masing-masing gugus
fungsi, namun apabila letak kedua gugus fungsi tersebut berdekatan maka gugus
fungsi itu akan saling berinteraksi sehingga akan memberikan sifat-sifat
khusus pada senyawa yang bersangkutan yaitu akan memiliki sifat hasil
gabungan dari kedua gugus yang diikatnya (Matsjeh, 1986).
Prinsip Kerja
Prinsip
kerja percobaan ini adalah melakukan analisa kualitatif untuk
mengidentifikasi senyawa atau zat organik yang belum diketahui yaitu dengan
mengidentifikasi zat tersebut dengan melihat dan menentukan sifat fisik, tes
kualitatif unsur dan identifikasi gugus fungsional. Senyawa organik yang
telah diketahui gugus fungsionalnya kemudian dikelompokkan
berdasarkan gugus fungsinya yang menjadi gambaran dari sifat fisik dan sifat
kimia senyawa organik tersebut.
Alat
Erlenmeyer 100 mL, gelas ukur
10 mL, tabung reaksi, pemanas listrik, pipet tetes, beaker glass 150 mL.
Bahan
Larutan 5% Br2
dalam n-oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air, toluena,
eanol aseton, heksena, siklo heksena, benzaldehida, fenol, metanol, 1-propanol,
2-butanol, butiraldehida, asetofenon, klorobenzena, asetil klorida,
benzilklorida, t-butilbromida,
larutan 1% Br2, larutan FeCl3 5%, larutan KMnO4
2%, larutan 15% NaI dalam aseton, 2% AgNO3 dalam etanol 95%, larutan
asam kromat, 2,4-dinitrofenilhidrasin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat,
larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer,
fehling A, fehling B.
Prosedur Kerja
1. Uji kimia ketidakjenuhan
Reagen: 5% Br2 dalam oktanol
atau CH2Cl2 atau 1% dalam air.
a. Reaksi dengan brom
Dimasukkan 4 tetes
heksana atau sampel lainnya yang disediakan ke dalam tabung reaksi bersih dan
kering serta ditambahkan 2 mL n-oktanol. Dikocok campuran perlahan-lahan dan
ditambahkan tetes demi tetes larutan brom sampai terjadi perubahan.
b. Oksidasi dengan KMnO4
Reagen: larutan 2% KMnO4
Dilarutkan 4 tetes
heksana atau sampel lainnya yang disediakan,misalnya toluena, aseton, etanol,
benzaldehida ke dalam sesedikit mungkin
aseton atau air di dalam tabung reaksi
kering dan bersih. Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi
endapan hitam dan dicatat jumlah tetesnya.
2. Uji adanya halogen
a. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol
95%
Dimasukkan 3 tetes
klorobenzena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-butil klorida,
kloroform, benzilklorida,
t-butil bromida dalam tabung kering dan bersih dan ditambahakan 2 mL reagen AgNO3.
Didiamkan beberapa menit, bila tidak terjadi endapan dimasukkan tabung reaksi
ke dalam penangas air (50-60°C). Dicatat waktu yang diperlukan untuk
terjadinya endapan untuk setiap sampel.
b. Reagen: larutan 15%
NaI dalam aseton kering
Ditambahkan
3 tetes klorobenzena atau sample lainnya yang disediakan, misalnya n-butil
klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida ke dalam
2 mL reagen NaI di dalam tabung reaksi kering dan bersih, dikocok campuran
dalam tabung reaksi dan dibiarkan sekitar 3 menit. Dimasukkan tabung reaksi
dalam penangas air pada suhu 50°C bila tidak terjadi perubahan dan dicatat
waktu yang diperlukan untuk terbentuknya endapan.
3. Uji adanya OH alkohol
a.
Dimasukkan 4 tetes sampel yang disediakan, yaitu metanol, etanol, 2-butanol,
metil klorida, 1 tetes aseton, dan 1 tetes larutan asam kromat ke dalam
tabung reaksi yang bersih dan kering. Dikocok campuran dan diamati perubahan
yang terjadi. Tes positif jika terjadi perubahan warna dari kuning ke biru
kehijauan atau terbentuk endapan.
4. Uji Aldehida dan Keton
a. Reagen:
2,4-dinitofenilhidrazin
Dimasukkan 2
tetes sampel (aseton, benzaldehida,
butiraldehida, asetofenon, atau yang lain), 2 mL etanol 95 %, dan 1 mL
larutan fenilhidrazin ke dalam tabung reaksi. Dikocok kuat-kuat. Dipanaskan
campuran dengan pembakar spiritus, bila tidak terbentuk endapan. Tes positif
jika terbentuk endapan kunig-merah, catatlah perubahan warna terhadap sampel aldehida dan
keton.
b. Tes Fehling
Reagen: Fehling A dan Fehling B
Dimasukkan 1 mL sample
(aseton, benzaldehida, butiraldehida,
asetofenon, atau yang lain), 1 mL reagen Fehling A dan 1 mL reagen Fehling B
ke dalam tabung reaksi. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5
menit, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.
c. Tes Tollen
Reagen: larutan 5% AgNO3,
larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10 kali ammonia
pekat).
Dimasukkan 1 mL sampel, misalnya aseton,
bensaldehida, butiraldehida, asetofenon, atau yang lain, 1 mL larutan 5% AgNO3
dan 1 mL larutan 5% NaOH dan 5 tetes ammonia ke dalam tabung reaksi bersih.
Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit,
diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.
5. Uji Fenol
Dimasukkan 2 tetes sampel,
misalnya 2-butanol, fenol, 1-propanol, 1 ml etanol 95 %, dan 1 tetes larutan
FeCl3 5 % ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering . Kemudian
dikocok kuat-kuat, diamati dan dicatat terjadinya perubahan berwarna yang
terjadi pada setiap sampel. Perubahan warna dari orange ke kehijauan akan pudar
terhadap perubahan waktu.
Lihat selengkapnya di bawah ini.
|